ANALISIS RANTAI PASOK ( SUPPLY CHAIN MANAGEMENT) beserta Contoh soal dan jawaban UAS UTS

Manajemen Rantai Pasokan atau disebut Supply Chain Management merupakan pengelolaan rantai siklus yang lengkap mulai bahan mentah dari para supplier, hingga kegiatan operasional di perusahaan, berlanjut ke distribusi sampai kepada konsumen. 
Istilah supply chain management pertama kali dikemukakan oleh Oliver dan Weber pada tahun 1982. Supply chain adalah jaringan fisiknya, yakni perusahaan–perusahaan yang terlibat dalam memasok bahan baku, memproduksi barang, maupun mengirimkannya ke pemakai akhir, supply chain management adalah metode, alat, atau pendekatan pengelolaannya. Definisi menurut para ahli lainnya adalah sebagai berikut:
James A. dan Mona J. Fitzsimmons, yang menyatakan bahwa supply chain management adalah sebuah sistem pendekatan total untuk mengantarkan produk ke konsumen akhir dengan menggunakan teknologi informasi untuk mengkoordinasikan semua elemen supply chain dari mulai pemasok ke pengecer, lalu mencapai tingkat berikutnya yang merupakan keunggulan kompetitif yang tidak tersedia di sistem logistik tradisional. 
Chase, Aquilano, Jacobs mendefinisikan supplie chain adalah sistem untuk menerapkan pendekatan secara total untuk mengelola seluruh aliran informasi, bahan, dan jasa dari bahan baku melalui pabrik dan gudang ke konsumen akhir.
Oleh Robert J. Vokurka, Gail M. Zank dan Carl M. Lund III supply chain management didefinisikan sebagai, “all the activities involved in delivering a product from raw material through the customer including sourcing raw material and parts, manufacturing and assembly, warehousing and inventory tracking, order entry and order management, distribution across all channels, delivery to the customer, and the information system necessary to monitor all of the activities” . 
Stevenson mendefinisikan supply chain management sebagai suatu koordinasi strategis dari rantai pasokan dengan tujuan untuk mengintegrasikan manajemen penawaran dan permintaan. Russell dan Taylor mendefinisikan bahwa supply chain management adalah mengelola arus informasi, produk dan pelayanan di seluruh jaringan baik itu pelanggan, perusahaan hingga pemasok 
Kalakota, 2000 mendeskripsikan Manajemen Rantai Suplai (Supply chain management) adalah sebuah ‘proses payung’ di mana produk diciptakan dan disampaikan kepada konsumen dari sudut struktural. Sebuah supply chain (rantai suplai) merujuk kepada jaringan yang rumit dari hubungan yang mempertahankan organisasi dengan rekan bisnisnya untuk mendapatkan sumber produksi dalam menyampaikan kepada konsumen
Simchi-Levi mendefinisikan Supply Chain Management (SCM) sebagai berikut (2000:1): “Is set of approaches utilized to efficiently integrate suppliers, manufacturers, warehouse and stores, so that merchandise is produced and distributed at the right quantities, to the right locations and at the right time, in order to minimize system wide cost while satisfying service level requirements.” Sedangkan Hanfield dalam bukunya Supply Chain Redesign (2002:8) mendefinisikan SCM sebagai berikut: “Is the integration and management of supply chain organization and activities through cooperative organization relationship, effective business process, and high levels of information sharing to create high-performing value systems that provide member organizations a sustainable competitive advantage”.
Dengan demikian, berdasarkan berbagai definisi supply chain management sebagaimana telah disampaikan, dapat ditarik hal umum bahwa supply chain management adalah semua kegiatan yang terkait dengan aliran material, informasi dan uang di sepanjang supply chain. Lebih jauh cakupan  supply chain management akan meliputi hal-hal berikut:
Bagian
Cakupan kegiatan antara lain
Pengembangan produk
Melakukan riset pasar, merancang produk baru, melibatkan supplierdalam perancangan produk baru
Pengadaan
Memilih supplier, mengavaluasi kinerja supplier, melakukan pembelian bahan baku dan komponen, memonitor supply risk, membina dan memelihara hubungan dengan supplier
Perencanaan & Pengendalian
Demand planning, peramalan permintaan, perencanaan kapasitas, perancanaan produksi dan persediaan
Operasi / Produksi
Eksekusi produksi, pengendalian kualitas
Pengiriman / Distribusi
Perencanaan jaringan distribusi, penjadwalan pengiriman, mencari dan memelihara hubungan dengan perusahaan jasa pengiriman, memonitor service level di tiap pusat distribusi
Sumber: I Nyoman Pujawan (2005)
Hal penting yang menjadi dasar pemikiran pada konsep ini adalah focus pada pengurangan kesia-siaan dan mengoptimalkan nilai pada rantai pasokan yang berkaitan.  Dengan demikian Manajemen Rantai Pasokan atau Supply Chain Management dapat didefinisikan sebagai  pengelolaan berbagai kegiatan dalam rangka memperoleh bahan mentah, dilanjutkan kegiatan transformasi sehingga menjadi produk dalam proses, kemudian menjadi produk jadi dan diteruskan dengan pengiriman kepada konsumen melalui sistim distribusi. Kegiatan-kegiatan yang dilakukan mencakup pembelian secara tradisional dan berbagai kegiatan penting lainnya yang berhubungan dengan supplier dan distributor. Supply Chain Management  meliputi penetapan:
  • Pengangkutan.
  • pembayaran secara tunai atau kredit (proses transfer)
  • supplier
  • distributor dan pihak yang membantu transaksi seperti Bank
  • Hutang maupun piutang
  • Pergudangan
  • Pemenuhan pesanan
  • Informasi mengenai ramalan permintaan, produksi maupun pengendalian persediaan.
Tujuan dari SCM adalah untuk melakukan efektifitas dan efisiensi mulai dari suppliers, manufacturers, warehouse dan stores. Tidak adanya koordinasi yang baik antara pihak-pihak yang terkait akan mengakibatkan kerugian yang cukup besar. Salah satu dampak yang kerapkali terjadi adalah “Bullwhip effect”. Hal ini terjadi karena kurangnya koordinasi dalam pertukaran informasi antara toko retail, distributor dan perusahaan. Disatu sisi ketika manajer toko retail melihat peningkatan permintaaan dari konsumen sejumlah 100 unit maka peningkatan 100 unit ini akan ditangkap distributor sejumlah 500 unit dan perusahaan akan menangkap perningkatan permintaan tersebut sebesar 2500 unit. Kalau kita memperhatikan, informasi jumlah 100 itu dapat sampai ke pihak perusahaan bagaikan bola salju yang menggelundung dari atas kebawah yang semakin lama semakin besar. Dan hal ini akan menjadi lebih kacau lagi kalau pemenuhan kebutuhan itu ditangkap pada waktu yang sudah berjalan cukup lama. Tujuan yang hendak dicapai dari setiap rantai suplai adalah untuk memaksimalkan nilai yang dihasilkan secara keseluruhan (Chopra, 2001, h5). Rantai suplai yang terintegrasi akan meningkatkan keseluruhan nilai yang dihasilkan oleh rantai suplai tersebut.

Tujuan Strategis Supply Chain Management

        Rantai pasokan bagaikan darah dari setiap organisasi bisnis karena menghubungkan pemasok, produsen, dan pelanggan akhir di jaringan yang sangat penting untuk penciptaan dan pengiriman barang dan jasa. Dalam mengelola rantai pasokan memerlukan suatu proses yaitu, proses perencanaan, pelaksanaan, dan pengendalian operasi rantai pasokan. Tujuan manajemen rantai pasokan adalah dengan menyelaraskan permintaan dan penawaran seefektif dan seefisien mungkin. Masalah-masalah utama dalam rantai pasokan terkait dengan (Stevenson, 2009):1.    Menentukan tingkat outsourcing yang tepat2.    Mengelola pembelian / pengadaan suatu barang3.    Mengelola pemasok4.    Mengelola hubungan terhadap pelanggan5.    Mengidentifikasi masalah dan merespon masalah dengan cepat6.    Mengelola risikoSedangkan menurut I Nyoman Pujawan, supply chain memiliki tujuan strategis yang perlu dicapai untuk membuat supply chain menang atau setidaknya bertahan dalam persaingan. Untuk bisa memenangkan persaingan pasar maka supply chain harus bisa menyediakan produk yang,1.    Murah2.    Berkualitas3.    Tepat waktu4.    BervariasiMenurut Hitt, Ireland dan Hoskisson (2001), semua tindakan yang diambil oleh perusahaan ini dimaksudkan untuk membantu perusahaan mencapai daya saing strategisnya dan menghasilkan laba di atas rata-rata. Daya saing strategis dicapai ketika sebuah perusahaan berhasil memformulasikan dan menerapkan strategi penciptaan nilai. Ketika perusahaan mengimplementasikan suatu strategi yang tidak dapat ditiru oleh perusahaan lain atau terlalu mahal untuk menirunya, perusahaan ini memiliki keunggulan persaingan bertahan atau dapat bertahan (sustained atau sustainable competitive advantage, selanjutnya disebut sebagai keunggulan persaingan). Setelah perusahaan mendapatkan daya saing strategis dan sukses mengeksploitasi keunggulan persaingannya, suatu perusahaan mampu mencapai tujuan utamanya: mendapatkan laba diatas rata-rata, yaitu kelebihan penghasilan yang diharapkan oleh seorang investor dari investasi.

Proses Supply Chain Management


Source : google image
Proses supply chain management adalah proses saat produk masih berbahan mentah, produk setengah jadi dan produk jadi diperoleh, diubah dan dijual melalui berbagai fasilitas yang terhubung oleh rantai sepanjang arus produk dan material.
  • Arus material melibatkan arus produk fisik dari pemasok sampai konsumen melalui rantai, sama baiknya dengan arus balik dari retur produk, layanan, daur ulang dan pembuangan
  • Arus informasi meliputi ramalan permintaan, transmisi pesanan dan laporan status pesanan
  • Arus pembayaran meliputi informasi kartu kredit, syarat-syarat kredit, jadwal pembayaran, penetapan kepemilikan dan pengiriman
Terkadang sangat susah untuk melihat sifat arus "akhir ke akhir" dalam rantai suplai yang ada. Efek negatif dari kesulitan ini termasuk penumpukan inventori dan respon tidak keruan pada permintaan konsumen akhir. Jadi, strategi manajemen membutuhkan peninjauan yang holistik pada hubungan suplai. Teknologi informasi memungkinkan pembagian cepat dari data permintaan dan penawaran. Dengan membagi informasi di seluruh rantai suplai ke konsumen akhir, kita bisa membuat sebuah rantai permintaan, diarahkan pada penyediaan nilai konsumen yang lebih. Tujuannya ialha mengintegrasikan data permintaan dan suplai jadi gambaran yang akuarasinya sudah meningkatdapat diambil tentang sifat dari proses bisnis, pasar dan konsumen akhir. Integrasi ini sendiri memungkinkan peningkatan keunggulan kompetitif. Jadi dengan adanya integrasi ini dalam rantai suplai akan meningkatkan ketergantungan dan inventori minimum.

Komponen dari supply chain management menurut Turban (2004) terdiri dari tiga komponen utama yaitu:
1. Upstream Supply Chain
Bagian upstream (hulu) supply chain meliputi aktivitas dari suatu perusahaan manufacturing dengan para penyalurnya (yang mana dapat manufacturers, assemblers, atau kedua-duanya) dan koneksi mereka kepada para penyalur mereka (para penyalur second-tier). Hubungan para penyalur dapat diperluas kepada beberapa strata, semua jalan dari asal material (contohnya bijih tambang, pertumbuhan tanaman). Di dalam upstream supply chain, aktivitas yang utama adalah pengadaan.

2. Internal Supply Chain
Bagian dari internal supply chain meliputi semua proses inhouse yang digunakan dalam mentransformasikan masukan dari para penyalur ke dalam keluaran organisasi itu. Hal ini meluas dari waktu masukan ke dalam organisasi. Di dalam internal supply chain, perhatian yang utama adalah manajemen produksi, pabrikasi dan pengendalian persediaan.

3. Downstream supply chain
Downstream (hilir) supply chain meliputi semua aktivitas yang melibatkan pengiriman produk kepada pelanggan akhir. Di dalam downstream supply chain, perhatian diarahkan pada distribusi, pergudangan transportasi dan after-sale service.

SCM mempunyai peranan penting dalam meningkatkan kualitas pelayanan perusahaan kepada customer. Dalam kurun waktu dewasa ini keinginan customer lebih cepat mengalami perubahan, hal ini dapat kita lihat dari ragam produk yang ada dalam pasaran. Hal ini membuat perusahaan harus dapat mengatur secara baik persediaan yang dimiliki perusahaan, karena dengan perubahan jumlah permintaan terhadap produk tertentu akan membuat perubahan terhadap kebijakan perusahaan untuk persediaan, dalam hal ini salah satunya adalah menentukan tingkat pemesanan kembali. Supply Chain Management berbicara mengenai bagaimana mengatur pemasokan barang terhadap perusahaan. Namun SCM bukan hanya berbicara mengenai pemasokan barang secara sederhana. SCM berbicara mengenai cara untuk mengintegrasikan rantai pasokan barang sampai pendistribusian barang ketangan pelanggan akhir. Hal ini merupakan sesuatu yang sangat kompleks, karena begitu banyak pihak yang terlibat dalam perjalanan dari supplier, perusahaan, distributor sampai ke pengguna akhir . Menurut Ramalhinho (October, 2002) dalam artikelnya : “Supply Chain Mangement: an opportunity for Metaheuristic” mengatakan sehubungan dengan dunia industri: “The increasing need of industry to compete with its product in global market, across cost, quality and service dimension, has driven the need to develop logistic systems more efficient than those traditionally employed”. Jadi dapat disimpukan bahwa sistem persediaan yang baik semakin dibutuhkan dalam persaingan global.

Pemain Utama dalam Supply Chain Management (SCM)
Supply Chain menunjukkan adanya rantai yang panjang yang dimulai dari supplier sampai pelanggan, dimana adanya keterlibatan entitas atau disebut pemain dalam konteks ini dalam jaringan supply chain yang sangat kompleks tersebut. Berikut ini merupakan pemain utama yang yang terlibat dalam supply chain:
  1. Supplier (chain 1)
    Rantai pada supply chain dimulai dari sini, yang merupakan sumber yang menyediakan bahan pertama, dimana mata rantai penyaluran barang akan mulai. Bahan pertama disini bisa dalam bentuk bahan baku, bahan mentah, bahan penolong, suku cadang atau barang dagang.
  2. Supplier-Manufacturer (chain 1-2)
    Rantai pertama tadi dilanjutkan dengan rantai kedua, yaitu manufacturer yang merupakan tempat mengkonversi ataupun menyelesaikan barang (finishing). Hubungan kedua mata rantai tersebut sudah mempunyai potensi untuk melakukan penghematan. Misalnya, penghematan inventory carrying cost dengan mengembangkan konsep supplier partnering.
  3. Supplier-Manufacturer-Distribution (chain 1-2-3)
    Dalam tahap ini barang jadi yang dihasilkan disalurkan kepada pelanggan, dimana biasanya menggunakan jasa distributor atau wholesaler yang merupakan pedagang besar dalam jumlah besar.
  4. Supplier-Manufacturer-Distribution-Retail Outlets (chain 1-2-3-4)
    Dari pedagang besar tadi barang disalurkan ke toko pengecer (retail outlets). Walaupun ada beberapa pabrik yang langsung menjual barang hasil produksinya kepada customer, namun secara relatif jumlahnya tidak banyak dan kebanyakan menggunakan pola seperti di atas.
  5. Supplier-Manufacturer-Distribution-Retail Outlets-Customer (chain 1-2-3-4-5).
    Customer merupakan rantai terakhir yang dilalui dalam supply chaindalam konteks ini sebagai end-user.
Strategi Rantai Pasokan 
Terdapat lima strategi yang dapat dipilih perusahaan untuk melakukan pembelian kepada supplier yaitu adalah sebagai berikut: 
1.  Banyak Pemasok (Many Supplier) 
Strategi ini memainkan antara pemasok yang satu dengan pemasok yang lainnya dan membebankan pemasok untuk memenuhi permintaan pembeli. Para pemasok saling bersaing secara agresif. Meskipun banyak pendekatan negosiasi yang digunakan dalam strategi ini, tetapi hubungan jangka panjang bukan menjadi tujuan. Dalam pendekatan ini, tanggung jawab dibebankan pada pemasok untuk mempertahankan teknologi, keahlian, kemampuan ramalan, biaya, kualitas dan pengiriman. 
 
2.  Sedikit Pemasok (Few Supplier) 
Dalam strategi ini, perusahaan mengadakan hubungan jangka panjang dengan para pemasok yang komit. Karena dengan cara ini, pemasok cenderung lebih memahami sasaran-sasaran luas dari perusahaan dan konsumen akhir. Penggunaan hanya beberapa pemasok dapat menciptakan nilai denganmemungkinkan pemasok mempunyai skala ekonomis dan kurva belajar yang menghasilkan biaya transaksi dan biaya produksi yang lebih rendah.  Dengan sedikit pemasok maka biaya mengganti partner besar, sehingga pemasok dan pembeli menghadapi resiko akan menjadi tawanan yang lainnya. Kinerja pemasok yang buruk merupakan salah satu resiko yang dihadapi pembeli sehingga pembeli harus memperhatikan rahasia-rahasia dagang pemasok yang berbisnis di luar bisnis bersama. 

3.  Vertical Integration 
Artinya pengembangan kemampuan memproduksi barang atau jasa yang sebelumnya dibeli, atau dengan benar-benar membeli pemasok atau distributor. Integrasi vertical dapat berupa: 
Integrasi ke belakang (Backward Integration) berarti penguasaan kepada sumber daya, misalnya Perusahaan Mobil mengakuisisi Pabrik  Baja. 
Integrasi kedepan (Forward Integration) berarti penguasaan kepada     konsumennya, misalnya Perusahaan Mobil mengakuisisi Dealer yang    semula sebagai distributornya. 

4.  Kairetsu Network
Kebanyakan perusahaan manufaktur mengambil jalan tengah antara membeli dari sedikit pemasok dan integrasi vertical dengan cara misalnya mendukung secara financial pemasok melalui kepemilikan atau pinjaman.  Pemasok kemudian menjadi bagian dari koalisi perusahaan yang lebih dikenal dengan kairetsu. Keanggotaannya dalam hubungan jangka panjang oleh sebab itu diharapkan dapat berfungsi sebagai mitra, menularkan keahlian tehnis dan kualitas produksi yang stabil kepada perusahaan manufaktur.  Para anggota kairetsu dapat beroperasi sebagai subkontraktor rantai dari pemasok yang lebih kecil. 
 
5.  Perusahaan Maya (Virtual Company) 
Perusahan Maya mengandalkan berbagai hubungan pemasok untuk memberikan pelayanan pada saat diperlukan. Perusahaan maya mempunyai batasan organisasi yang tidak tetap dan bergerak sehingga memungkinkan terciptanya perusahaan yang unik agar dapat memenuhi permintaan pasar yang cenderung berubah. Hubungan yang terbentuk dapat memberikan pelayanan jasa diantaranya meliputi pembayaran gaji, pengangkatan karyawan, disain produk atau distribusinya. Hubungan bisa bersifat jangka pendek maupun jangka panjang, mitra sejati atau kolaborasi, pemasok atau subkontraktor. Apapun bentuk hubungannya diharapkan akan menghasilkan kinerja kelas dunia yang ramping.  Keuntungan yang bisa diperoleh diantaranya adalah: keahlian manajemen yang terspesialisasi, investasi modal yang renadh, fleksibilitas dan kecepatan. Hasil yang diharapkan adalah efisiensi. 

Tantangan Dalam Mengelola Supply Chain Management

Menurut I Nyoman Pujawan (2005), terdapat tantangan yang harus dihadapi dalam mengelola suppy chain, yaitu:
  • Kompleksitas struktur supply chain
    Melibatkan banyak pihak dengan kepentingan yang berbeda-beda. Perbedaan bahasa, zona waktu dan budaya antar perusahaan
  • Ketidakpastiaan
    Terdiri dari beberapa ketidakpastian, antara lain adalah  Ketidakpastian permintaan, Ketidakpastian pasokan: lead time pengiriman, harga dan kualitas bahan baku, dll. Ketidakpastian internal: kerusakan mesin, kinerja mesin yang tidak sempurna, ketidakpastian kualitas produksi dll.
Untuk menghadapi masalah ketidakpastian pemesanan dalam rantai pasokan atau bullwhip effect, diperlukan sharing informasi di sepanjang rantai pasokan, optimalisasi tingkat persediaan, penciptaan tim rantai pasokan, pengukuran kinerja rantai pasokan, maupun membangun koordinasi dan kolaborasi di antara mitra bisnis sehingga proses pengiriman produk dari pemasok ke perusahaan dan ke konsumen dapat berjalan lancar dan memungkinkan perusahaan untuk mencapai biaya persediaan yang rendah. Sedangkan menurut James A. dan Mona J. Fitzsimmons (2006), tantangan dalam supply chain management adalah untuk menyeimbangkan kebutuhan pengiriman pelanggan secara tepat dengan mendorong biaya produksi dan biaya persediaan. Pemodelan rantai supply chain management memungkinkan manajer untuk mengevaluasi pilihan yang akan memberikan peningkatan terbesar dalam kepuasan pelanggan dengan biaya yang terjangkau.


Mengukur Performa Supply Chain Management

Dikatakan oleh Schroeder bahwa mengukur performa supply chain adalah langkah pertama menuju perbaikan. Sebuah tahapan awal yang perlu ditetapkan dan ditentukan untuk dapat mencapai tujuan perbaikan tersebut. Schroeder mengemukakan bahwa pada umumnya ada lima poin penting yang dapat diukur dalam performa supply chain management, yaitu (Shcroeder, 2007):
1. Pengiriman
Mengacu pada ketepatan waktu pengiriman: persentase pesanan dikirimkan secara lengkap dan tidak melewati pada tanggal yang diminta oleh pelanggan. 
2. Kualitas
Ukuran langsung dari kualitas adalah kepuasan pelanggan dan dapat diukur melalui beberapa cara. Salah satunya, dapat diukur terhadap apa yang pelanggan harapkan. Pengukuran ini erat kaitannya dengan loyalitas pelanggan.
3. Waktu
Waktu pengisian total dapat dihitung langsung dari tingkat persediaan. Jika kita mengasumsikan ada tingkat penggunaan konstan dari persediaan, maka waktu dalam persediaan hanya tingkat persediaan dibagi dengan tingkat penggunaan.
4. Fleksibilitas
Fleksibilitas adalah waktu yang dibutuhkan untuk mengubah volume atau bauran produk dengan persentase tertentu atau jumlah.
5. Biaya
Ada dua cara untuk mengukur biaya. Pertama, perusahaan dapat mengukur total biaya pengiriman, termasuk manufacture, distribusi, biaya persediaan tercatat, dan biaya rekening membawa piutang.

Manajemen suplai rantai harus memasukan problem atau permasalahan dibawah ini:
  • Distribusi Konfigurasi Jaringan: Jumlah dan lokasi supplier, fasilitas produksi, pusat distribusi ( distribution centre/D.C.), gudang dan pelanggan.
  • Strategi Distribusi: Sentralisasi atau desentralisasi, pengapalan langsung, Berlabuh silang, strategi menarik atau mendorong, logistik orang ke tiga.
  • Informasi: Sistem terintregasi dan proses melalui rantai suplai untuk membagi informasi berharga, termasuk permintaan sinyal, perkiraan, inventaris dan transportasi dsb.
  • Manajemen Inventaris: Kuantitas dan lokasi dari inventaris termasuk barang mentah, proses kerja, dan barang jadi.
  • Aliran dana: Mengatur syarat pembayaran dan metodologi untuk menukar dana melewati entitas di dalam rantai suplai.
  • Eksekusi rantai suplai ialah mengatur dan koordinasi pergerakan material, informasi dan dana di antara rantai suplai tersebut. Alurnya sendiri dua arah.
Secara garis besar, fungsi manajemen ini bisa dibagi tiga, yaitu distribusi, jejaring dan perencaan kapasitas, dan pengembangan rantai suplai. beberapa model telah diajukan untuk memahami aktivitas yang dibutuhkan untuk mengatur pergerakan material di organisasi dan batasan fungsional. SCOR adalah model manajemen rantai suplai yang dipromosikan oleh Majelis Manajemen Rantai Suplai. Model lain ialah SCM yang diajukan oleh Global Supply Chain Forum (GSCF). Aktivitas suplai rantai bisa dikelompokan ke tingkat strategi, taktis, dan operasional
1. Strategis
  • Optimalisasi jaringan strategis, termasuk jumlah, lokasi, dan ukuran gudang, pusat distribusi dan fasilitas
  • Rekanan strategis dengan pemasok suplai, distributor, dan pelanggan, membuat jalur komunikasi untuk informasi amat penting dan peningkatan operasional seperti cross docking, pengapalan langsung dan logistik orang ketiga
  • Rancangan produk yang terkoordinasi, jadi produk yang baru ada bisa diintregasikan secara optimal ke rantai suplai,manajemen muatan
  • Keputusan dimana membuat dan apa yang dibuat atau beli
  • Menghubungkan strategi organisasional secara keseluruhan dengan strategi pasokan/suplai
2. Taktis
  • Kontrak pengadaan dan keputusan pengeluaran lainnya
  • Pengambilan Keputusan produksi, termasuk pengontrakan, lokasi, dan kualitas dari inventori
  • Pengambilan keputusan inventaris, termasuk jumlah, lokasi, penjadwalan, dan definisi proses perencanaan.
  • Strategi transportasi, termasuk frekuensi, rute, dan pengontrakan
  • Benchmarking atau pencarian jalan terbaik atas semua operasi melawan kompetitor dan implementasi dari cara terbaik diseluruh perusahaan
  • Gaji berdasarkan pencapaian
3. Operasional 
  • Produksi harian dan perencanaan distribusi, termasuk semua hal di rantai suplai
  • Perencanaan produksi untuk setiap fasilitas manufaktru di rantai suplai (menit ke menit)
  • Perencanaan permintaan dan prediksi, mengkoordinasikan prediksi permintaan dari semua konsumen dan membagi prediksi dengan semua pemasok
  • Perencanaan pengadaan, termasuk inventaris yang ada sekarang dan prediksi permintaan, dalam kolaborasi dengan semua pemasok
  • Operasi inbound, termasuk transportasi dari pemasok dan inventaris yang diterima
  • Operasi produksi, termasuk konsumsi material dan aliran barang jadi (finished goods)
  • Operasi outbound, termasuk semua aktivitas pemenuhan dan transportasi ke pelanggan
  • Pemastian perintah, penghitungan ke semua hal yang berhubungan dengan rantai suplai, termasuk semua pemasok, fasilitas manufaktur, pusat distribusi, dan pelanggan lain
SCOR (Supply Chain Operations Reference Model) merupakan suatu referensi model yang digunakan untuk mengukur kinerja dari Supply Chain. SCOR ini di kembangkan oleh Supply Chain Council (SCC) yakni suatu lembaga nonprofit yang didirikan pada tahun 1996 dan diprakarsai oleh beberapa organisasi/perusahaan seperti Bayer, Compaq, Procter & Gamble, Lockheed Martin, Nortel, Rockwell Semiconductor, Texas Instruments, 3M, Cargill, Pittiglio, Rabin, Todd, & McGrath (PRTM), dan AMR (Advance Manufacturing Research).  Pada awal berdirinya council ini memiliki anggota sebanyak 69 perusahaan, namun saat ini anggotanya telah mencapai 1000 perusahaan.
Sejak berdirinya SCC, Council ini memiliki tujuan yakni mengembangkan suatu model acuan standar dari supply chain process yang memungkinkan terjalinnya komunikasi efektif antara supply chain partner dengan :
  1. menggunakan terminology standar untuk komunikasi yang lebih baik dan mempelajari isu-isu supply chain
  2. Menggunakan ukuran standar untuk membandingkan dan mengukur kinerja dari supply chain.
Kerangka SCOR

SCOR mengkobinasikan beberapa elemen yakni Business Process Engineering, benchmarking dan aplikasi-aplikasi yang mengarah kepada suatu kerangka.
Reference Model Process

Integrasi Proses SCOR
Secara hierarki, model SCOR supply chain management terdiri dari proses-proses detail yang saling terintegrasi dari supplier-nya supplier sampai customer-nya customer dimana semua proses tersebut searah dengan strategi operasional, material, kerja dan aliran informasi perusahaan seperti yang ditunjukkan pada gambar 2
Kerangka pada gambar 2 tersebut mengintegrasikan dua konsep penting dalam pengelolaan kinerja yakni performance measurement dan performance improvement. Dari sudut pandang performance measurement, kerangka tersebut mencakup semua aspek dari kumpulan performance measure, measure dependencies sampai metode evaluasi. Sementara dari sudut pandang performance improvement, kerangkat tersebut membentang di seluruh siklus performance improvement untuk supply chain termasuk didalamnya langkah-langkah pemodelan, pengukuran, analisis dan improvement. Adapun penjelasan mengenai langkah-langkah tersebut dijelaskan dibawah ini

A. Membangun Model Kinerja

Pada tahap ini model dari kinerja dibuat. Model kinerja ini terdiri dari tiga aspek yakni (1) desain dari pengukuran kinerja, didalamnya terdapat sebuah pengukuran terstruktur yang seimbang, definisi dari ukuran dan perhitungan pengukuran serta metode pengumpulan data (2) Measure dependencies memetakan hubungan anatra ukuran-ukuran kinerja yang merupakan dasar dari analisa selanjutnya.

B. Mengukur Kinerja Supply Chain

Proses pengukuran kinerja didalamnya terdiri dari perhitungan ukuran dan evaluasi kinerja. Ukuran-ukuran dapat dihitung berdasarkan definisi – definisi proses dan data sebenarnya yang diambil dari supply chain. Evaluasi kinerja adalah sebuah proses pemberian bobot pada berbagai macam ukuran kinerja untuk mempresentasikan tingkat kepentingan dari setiap dimensi yang diukur.

C. Analisa Kinerja

Pada tahap ini akan menghasilkan beberapa metode analisis kinerja untuk pengambilan keputusan dan perbaikan yakni gap analysis, prioritas ukuran dan analisis sebab akibat.

D. Improvement

Berdasarkan pengukuran dan analisis kinerja, improvement disini dapat dibagi menjadi dua subdivisi utama. Pertama, dengan menganalisa tingkat kepentingan dan hubungan antara ukuran-ukuran kinerja.  Kedua dengan gap analysis dan process reengineering, dapat meningkatkan  kinerja dari supply chain yang sesungguhnya.

SCOR model memainkan sebuah peranan yang penting dalam kerangka tersebut. SCOR tidak hannya menghasilkan struktur  dan acuan aturan yang terdefinisi dengan baik untuk mengukur kinerja dari desain namun juga pendekatan benchmark untuk gap analysis dan pendekatan best practice untuk improvement.

Proses dalam SCOR terdiri dari 3 level. Level 1 adalah top level yang terdiri dari 5 proses kunci yakni PLAN, SOURCE, MAKE, DELIVER dan RETURN. Level 1 metrik mengkarakteristikan kinerja berdasarkan dua perspektif. Perspektif pertama adalah dari sisi customer dan perspektif yang kedua adalah berdasarkan perspektif internal. Pada level ini, dilakukan pendefinisian tentang  kompetisi dasar yang ingin dicapai beserta petunjuk dan cara bagaimana dapat memenuhi kompetisi dasarn tersebut. Adapun penjelasan dari kelima  proses pada level 1 adalah sebagai berikut:
  • Plan, merupakan proses yang menyeimbangkan permintaan dan pasokan untuk menentukan tindakan terbaik dalam memenuhi kebutuhan pengadaan, produksi, dan pengiriman. Plan mencakup proses menaksir kebutuhan distribusi, perencanaan dan pengendalian persediaan, perencanaan produksi, perencanaan material, perencanaan kapasitas, dan melakukan penyesuaian supply chain plan dengan financial plan
  • Source, yaitu proses pengadaan barang maupun jasa untuk memenuhi permintaan. Proses yang tercakup meliputi penjadwalan pengiriman dari supplier, menerima, mengecek, dan memberikan otorisasi pembayaran untuk barang yang dikirim supplier, memilih suplier, mengevaluasi kinerja supplier,dll. Jadi proses bisa berbeda tergantung pada apakah barang yang dibeli termasuk stoked, make-to-order, atau engineer-to-order products.
  • Make, yaitu proses untuk mentransformasi bahan baku/komponen menjadi produk yang diinginkan pelanggan.Kegiatan make atau produksi dapat dilakukan atas dasar ramalan untuk memenuhi target stok (make-to-stock), atas dasar pesanan ( make-t- order ), atau engineer-to-order. Proses yang terlibat disini adalah penjadwalan produksi, melakukan kegiatan produksi dan melakukan pengetesan kualitas, mengelola barang setengah jadi, memelihara fasilitas produksi, dll
  • Deliver, yang merupakan proses untuk memenuhi permintaan terhadap barang maupun jasa. Biasanya meliputi order management, transportasi, dan distribusi. Proses yang terlibat diantaranya adalah menangani pesanan dari pelanggan, memilih perusahaan jasa pengiriman, menangani kegiatan pergudangan produk jadi, dan mengirim tagihan ke pelanggan.
  • Return, yaitu proses pengembalian atau menerima pengembalian produk karena berbagai alasan Kegiatan yang terlibat antara lain identifikasi kondisi produk, meminta otorisasi engembalian cacat, penjadwalan pengembalian, dan melakukan pengembalian. Post-delivery-customer support juga merupakan bagian dari proses return.
Level 2 merupakan level konfigurasi dan berhubungan erat dengan pengkategorian proses. Pada level 2 ini dilakukan pendefinisian kategori – kategori terhadap setiap proses pada level 1. Pada level ini, proses di susun sejalan dengan strategi supply chain. Tujuan yang hendak dicapai pada level 2 ini adalah menyederhanakan supply chain dan meningkatkan flexibility dari keseluruhan supply chain. Pada level 2 ini, kendala market, kendala produk dan kendala perusahaan untuk menyusun proses inter dan intra- perusahaan.

Level 3 adalah level elemen proses dan merupakan level paling bawah dalam lingkup SCOR model. Pada level implementasi, yakni level yang berada dibawah level 3, elemen proses diuraikan kedalam task dan aktivitas lanjutan. Level implementasi ini tidak mencakup dalam lingkup SCOR model. Level 3 mengijinkan perusahaan untuk mendefinisikan secara detail proses-proses yang teridentifikasi begitu juga dengan ukuran kinerja dan juga best practice pada setiap aktivitas. Level kinerja dan  practices didefinisikan untuk proses-proses elemen ini. Dalam level ini, Benchmarking dan atribut –atribut yang diperlukan juga dibutuhkan untuk enabling software. Pada level 3 juga disertakan input output dan basic logic flow dari elemen-elemen proses.

Pada level 4, implementasi dari supply chain mengambil peran. Pada level ini digambarkan secara detail tugas-tugas didalam setiap aktivitas yang dibutuhkan pada level 3 untuk mengimplementasikan dan mengelola supply chain berbasis harian.

Ada tiga tipe proses dalam SCOR model: planning, execution dan enable. Proses planning merencanakan keseluruhan supply chain sejalan dengan perencanaan spesifik tipe dari execution process. Proses eksekusi mencakup semua kategori proses yang terdiri dari source, make, deliver dan return kecuali kategori enable process. Enable process dari suatu elemen proses tertentu. Dengan menggunakan ke empat level SCOR model, suatu bisnis dapat dengan cepat dan tepat mendeskripsikan supply chain-nya. Suatu supply chain yang didefinisikan menggunakan pendekatan ini dapat juga di modifikasi dan disusun ulang dengan cepat sesuai dengan perubahan permintaan bisnis dan pasar. Model SCOR memiliki suatu peran yang kuat dalam pelaksanaan supply chain. Model SCOR level 1 dan 2 menjaga manajemen untuk tetap fokus. Sedangkan level 3 mendukung adanya diagnosis.

Metric dalam SCOR

Metrik adalah sebuah pengukuran kinerja standar yang memberikan dasar bagaimana kinerja dari proses-proses dalam supply chain di ebaluasi. Pengukuran kinerja ini harus reliable dan valid. Reliability berkaitan dengan bagaimana kekonsistenan research instrument. Sedangkan validitas berkaitan dengan apakah variable telah didefinisikan secara tepat dan representative.

Meskipun SCOR model menyediakan berbagai variasi ukuran kinerja untuk mengevaluasi supply chain, namun SCOR tidak mengindikasikan apakah ukuran tersebut cocok untuk semua tipe industri. Karenanya penyesuaian atau kustomisasi terhadap SCOR model terkadang dibutuhkan. Pemilihan ukuran kinerja yang cocok disini dilakukan  untuk tiap elemen proses termasuk untuk kinerja dari supply chain. Perhitungan dari sebuah metric mungkin tergantung tidak hanya pada process data item namun juga perhitungan secara detail pada level yang lebih rendah.
Versi terakhir dari SCOR model mencakup 9  kinerja pada metrik level 1. Setiap metrik dari SCOR model berasosiasi secara tepat pada salah satu dari atribut kinerja yakni :
  • Supply Chain Reliability berkaitan dengan keandalan
  • Supply Chain Responsiveness berkaitan dengan kecepatan waktu respon setiap perubahan
  • Supply Chain flexibility berkaitan dengan keflesibelan di dalam menghadapi setiap perubahan
  • Supply Chain Cost berkaitan dengan biaya-biaya di dalam Supply chain
  • Efisiensi dalam pengelolaan asset berkaitan dengan nilai suatu barang.
Gambar di atas meggambarkan asosiasi antara metrik dan atribut kerja pada level 1. Dari metrik level 1 yang ada pada model SCOR dibagi lagi menjadi 9 metrik, misalnya customer-facing, yang artinya penting bagi pelanggan, dan ada juga internal-facing, yang artinya penting untuk monitoring internal, tetapi tidak langsung menjadi perhatian pelanggan, seperti dalam Gambar sebelumnya Sebagai contoh, pelanggan sangat berkepentingan terhadap kinerja pengiriman, keterlambatan dan kerusakan saat proses pengiriman menjadi perhatian sangat penting bagi pelanggan sehingga delivery performance adalah metrik yang customer-facing. Sebaliknya pelanggan tidak perlu repot memonitor jumlah persediaan yang dimiliki pelanggan, tetapi secara internal perusahaan sangat berkepentingan untuk memiliki jumlah persediaan yang cukup dan tidak berlebihan, sehingga inventory days of supply yang merupakan ukuran tingkat persediaan, merupakan metrik yang internal-facing. Setelah metric dari level 1 di tentukan, kemudian dilakukan generate metric level dua dengan menganalisis SCOR  proses yang telah dibuat sebelumnya.

Penggerak Supply Chain

Supply chain memiliki penggerak yang sangat berpengaruh terhadap performa supply chain itu sendiri. Menurut Chopra dan Meindl (2004) penggerak supply chain adalah sebagai berikut:
1. Inventory
Adalah semua bahan mentah, dalam proses dan barang-barang yang telah diselesaikan. Inventory merupakan salah satu penggerak supply chain yang penting karena perubahan kebijakan inventory dapat mengubah secara drastis tingkat responsivitas dan efisiensi supply chain. Komponen dari keputusan mengenai inventory adalah (Chopra dan Meindl, 2004):
a. Cycle inventory
Cycle inventory adalah jumlah rata-rata dari inventory yang digunakan untuk memenuhi permintaan dalam suatu waktu. Misalnya dalam sebulan memerlukan 10 buah truk bahan baku, perusahaan bisa saja memesan 10 truk bahan baku dalam sekali pesan atau bisa memesan 1 truk bahan baku yang dipesan tiap 3 hari. Ini tergantung dari strategi supply chain apa yang mereka terapkan (responsif atau efisiensi) dengan memperhitungkan ordering cost (biaya pesan) dan holding cost (biaya penyimpanan).
b. Safety Inventory
Safety inventory adalah inventory yang dibuat untuk berjaga-jaga terhadap perkiraan akan kelebihan permintaan. Ini digunakan untuk mengatasi ketidakpastian atas permintaan yang tinggi.
c. Seasonal Inventory
Seasonal inventory adalah inventory yang dibuat untuk mengatasi keragaman yang dapat diprediksi dalam permintaan. Perusahaan yang menggunakan seasonal inventory akan membangun persediaan mereka pada periode permintaan barang rendah dan menyimpannya untuk periode permintaan barang menjadi tinggi, dimana pada saat permintaan tinggi mereka tidak dapat memproduksi semua barang untuk memenuhi permintaan.

2. Transportation
Transportasi adalah memindahkan persediaan dari titik ke titik dalam supply chain. Transportasi terdiri atas banyak kombinasi dari model dan bentuk yang memiliki keunggulan masing-masing. Pemilihan transportasi juga mempunyai dampak besar dalam tingkat responsifitas dan efisiensi supply chain. Komponen dari keputusan mengenai transportasi menurut Chopra dan Meindl (2004) adalah sebagai berikut :
a. Modes of transportation
Modes of transportation adalah cara-cara dimana sebuah produk dipindahkan dari saru lokasi dalam jaringan supply chain ke tempat lainnya. Terdapat 5 cara dasar transportasi yang dapat dipilih yaitu:
Pesawat Udara. Udara merupakan cara transportasi yang paling cepat, tetapi memiliki biaya yang mahal.
Truk . Truk adalah cara yang relatif cepat dan murah dengan fleksibilitas tinggi.
Kereta. Kereta cara yang mudah yang digunakan untuk jumlah barang yang besar.
Kapal laut. Kapal cara yang paling lambat tetapi sering menjadi pilihan yang paling ekonomis untuk pengiriman dalam jumlah yang besar ke luar negeri.
Pipa saluran. Pipa saluran biasanya digunakan untuk menyalurkan minyak dan gas.
b. Route and network selection
Route adalah jalur jalan dimana sebuah produk dikirimkan dan network adalah sebuah kumpulan lokasi dan rute kemana produk dapat dikirimkan. Perusahaan membuat beberapa keputusan mengenai rute pada tahap desain supply chain.
c. In house or outsource
Secara tradisional, banyak fungsi transportasi dilakukan oleh perusahaan sendiri, namun pada saat ini banyak yang telah dilimpahkan ke perusahaan lain (outsourced).

3. Fasilitas
Fasilitas adalah tempat-tempat dalam jaringan supply chain dimana inventory disimpan, dirakit, atau diproduksi. Dua jenis umum dari fasilitas adalah tempat produksi dan tempat penyimpanan. Bila perusahaan memilih tingkat efisiensi tinggi, maka memiliki lebih sedikit gudang. Jadi penentuan fasilitas mempunyai dampak yang besar dalam tingkat responsifitas dan efisiensi supply chain. Komponen dari keputusan mengenai fasilitas menurut Chopra dan Meindl (2004, p55-56) adalah sebagai berikut :
a. Location
Penentuan keputusan dimana suatu perusahaan menentukan lokasi fasilitasnya merupakan bagian yang sangat besar dalam langkah desain supply chain. Penentuan lokasi secara ekonomis, sedangkan penentuan lokasi secara desentralisasi akan menjadi lebih responsif dalam permintaan konsumen.
b. Capacity
Perusahaan juga harus menentukan seberapa kapasitas dari fasilitas yang dimiliki oleh perusahaan tersebut. Sejumlah besar kapasitas akan menjadikan perusahaan tersebut menjadi lebih responsif, demikian pula sebaliknya.
c. Operation methodology
Disini digambarkan bagaimana metode perusahaan dalam memproduksi barang, apakah mesin yang dipakai untuk membuat produk itu bersifat fleksibel maksudnya adalah mesin tersebut juga dapat pula digunakan untuk membuat produk lain yang biasanya mesin itu relatif mahal atau menggunakan mesin yang dapat membuat satu macam produk saja (efisien).
d. Warehouse methodology
Stock Keeping Unit (SKU) Storage. Gudang tradisional yang menyimpan segala macam produk dalam suatu tempat.
Job Lot Storage. Yaitu suatu metode penyimpanan persediaan dimana semua produk-produk yang berbeda dibutuhkan untuk suatu pekerjaan khusus atau memuaskan konsumen tipe khusus, disimpan bersama-sama.
Crossdocking. Yaitu sebuah metode, dimana barang sebenarnya tidak disimpan dalam fasilitas (gudang) perusahaan. Truk dari pemasok barang, tiap-tiap hari truk tersebut membawa jenis-jenis yang berbeda dari barang yang dipesan diangkut menuju fasilitas perusahan, kemudian dari sana dipecah menjadi bagian-bagian kecil dan dengan cepat diangkut ke retailer menggunakan truk-truk yang berisi barang-barang yang beragam dari truk-truk sebelumnya.

4. Information
Informasi terdiri dari data dan analisis yang berkaitan dengan inventory, transportasi, fasilitas dan pelanggan diseluruh supply chain. Informasi menyajikan pihak manajemen kesempatan untuk membuat supply chain lebih responsif dan efisien. Informasi secara potensial adalah penggerak terbesar performa supply chain. Komponen dari keputusan mengenai informasi adalah (Chopra dan Meindl, 2004):
a. Push versus Pull
Sistem push biasanya menggunakan MRP untuk jadwal produksi, jadwal kepada pemasoknya untuk menentukan kapan, jenis dan banyak barang yang dikirimkan ke perusahaan, sedangkan tipe pull menggunakan informasi atas permintaan aktual konsumen, sehingga perusahaan dapat dengan tepat memenuhi permintaan tersebut.
b. Cordinating and Information sharing
Koordinasi dari supply chain terjadi ketika semua tingkatan dari supply chain bekerja menuju tujuan yang memaksimalkan keuntungan total supply chain dibandingkan dengan bekerja sendiri-sendiri. Kekurangan koordinasi berpengaruh pada kerugian yang besar atau keuntungan supply chain. Ini bisa dilakukan dengan pertukaran data antara tiap-tiap bagian dalam supply chain itu sendiri.
c. Forecasting and Aggregate Planning
Peramalan adalah ilmu pengetahuan dan seni untuk membuat rencana mengenai kebutuhan masa depan dan kondisinya. Peramalan digunakan dalam pengambilan keputusan. Setelah menciptakan peramalan, maka perusahaan mengubah menjadi rencana aktivitas untuk memenuhi permintaan yang telah diperhitungkan.
d. Enabling Technologies
Untuk mencapai komunikasi yang terintregasi dalam supply chain, maka terdapat teknologi-teknologi yang digunakan yaitu:
Electronic Data Interchange (EDI). EDI memungkinkan perusahaan menjadi lebih efisien, juga menurunkan waktu yang dibutuhkan produk untuk sampai ke konsumen, transaksi menjadi lebih akurat dan lebih cepat dibandingkan tanpa EDI.
Internet. Internet sendiri mendukung penggunaan EDI. Dengan internet maka akan menjadi sebuah faktor penting dalam supply chain.
Entreprise Resources Planning (ERP). Sistem ERP ini menyediakan pelacakan transaksi dan kemampuan melihat secara keseluruhan atas informasi dari tiap-tiap bagian perusahaan dan memungkinkan supply chain membuat keputusan yang ‘cerdas’.
Supply Chain Management (SCM) Software. Yaitu program yang menyediakan dukungan terhadap analisis keputusan dalam penambahan kemampuan melihat secara keseluruhan terhadap informasi.

Integrasi Rantai Pasokan 
 
        Ada tiga isu yang terkait dengan pengembangan efisiensi, integrasi rantai pasokan yaitu: 
a. Local Optimization 
Anggota rantai pasokan akan memfokuskan pada maksimisasi keuntungan local atau minimisasai biaya yang didasarkan pada pengetahuan yang terbatas. 
b. Incentives 
Insentif mendorong munculnya perdagangan didalam rantai penjualan yang sebelumnya tidak terjadi. Hal ini menimbulkan fluktuasi yang pada akhirnya menjadikan kemahalan bagi semua anggota. Wujud insentif berupa insentif penjualan, potongan kuantitas, kuota dan  promosi. 
c. Large lots 
Dalam hal ini seringkali terjadi bias yang mengarah pada large lots karena cenderung mengurangi biaya per unit. Disatu sisi jika pengiriman dalam jumlah yang banyak misalnya ukuran truk penuh akan mengurangi biaya per unit, tetapi tidak merefleksikan nilai penjualan sebenarnya.  

        Ketiga isu tersebut biasanya memberikan kontribusi munculnya distorsi informasi tentang apa yang sebenarnya terjadi dalam rantai pasokan. Oleh karena itu diperlukan sistem yang didasarkan pada informasi yang akurat tentang berapa banyak produk yang benar-benar ditarik melalui rantai pasokan. Ketidakakuratan informasi bukan kesengajaan, tetapi menimbulkan distorsi dan fluktuasi dalam rantai pasokan dan menyebabkan apa yang diketahui sebagai bullwish effect. Bullwish effect adalah fluktuasi kenaikan dalam order yang sering terjadi sebagai order yang bergerak melalui rantai pasokan yang mengakibatkan kenaikan biaya seperti inventory, transportasi, pengiriman dan penerimaan.  
 
        Sebagai manajer yang mengarah pada integrasi rantai pasokan, efisiensi menjadi suatu substansi yang memungkinkan. Siklus material yang berasal dari pemasok, ke produksi, ke pergudangan, ke distribusi, ke konsumen, merupakan penempatan yang berbeda-beda dan seringkali berhubungan dengan organisasi yang independen. Oleh karena itu agar semuanya dapat berhasil dimulai dengan memperhatikan tiga hal yaitu: 
1. Mutual Aggrement on Goal, 
suatu integrasi rantai pasokan mensyaratkan lebih dari kesepakatan dalam kontrak hubungan jual beli, tetapi patner harus diapresiasikan tidak hanya dalam uang tetapi pada rantai pasokan sampai dengan konsumen akhir. Hal  ini dapat terwujud apabila adanya pengertian tentang misi, strategi, dan tujuan dari organisasi yang berpartisipasi. Integrasi rantai pasokan adalah sesuatu yang menambah nilai tambah ekonomi dan memaksimalkan total konten produk.
 
2. Trust, 
merupakan hal kritis bagi efektifitas dan efisiensi rantai pasokan. Anggota dari rantai pasokan harus masuk kedalam hubungan yang membagi informasi dalam rangka membangun kepercayaan. Hubungan diantara pemasok akan lebih sekses jika resiko dan penghematan biaya dibagi dan aktifitas seperti riset konsumen, analisa penjualan, peramalan, perencanaan produksi merupakan aktifitas bersama. 

3. Compatible Organizational Cultures, 
budaya organisasi yang setara akan menjadikan hubungan yang positif  diantara pembelian dan penawaran apabila hal tersebut terjadi, dan akan menjadi keunggulan riel dalam pembuatan rantai pasokan.  

Berikut beberapa hal yang perlu diperhatikan dapat mengelola rantai pasokan secara efektif yaitu: 
a. Accurate data, 
Untuk dapat meningkatkan akurasi data maka yang dapat dilakukan adalah dengan melalui sharing: 1) POS (Point Of Sales) informasi, sehingga tiap anggota rantai dapat  menjadwalkan secara efektif. 2) CAO (Computer-Assisted Ordering). Dengan menggunakan keduanya maka pengumpulan data dan kemudian menyesuaikan dengan:  factor pasar, persediaan, order yang ada, serta mengirimkannya kepada supplier yang bertanggung jawab menjaga persediaan barang akhir. 

b. Lot Size Reduction, 
ini dilakukan oleh manajemen yang agresif dengan cara: 1) Mengembangkan pengiriman yang ekonomis . 2) Memberikan diskon yang didasarkan total volume tahunan   daripada ukuran pengiriman individual. 3) Mengurangi biaya order melalui teknik order yang ada dan variasi bentuk pembelian elektronik. 

c. Singe Stage Control of Replenishment, 
Supervisor bertanggung jawab secara tetap untuk memonitor dan mengelola inventory untuk pengecer. Pendekatan ini mengarah pada distorsi informasi dan peramalan multiple yang menciptakan bullwhip effect. 

d. Vendor Managed Inventory, 
Persediaan dikelola Vendor yang artinya supplier menjaga material bagi pembeli, seringkali mengirimkan langsung ke pembeli menggunakan departemen. 

e. Postponement, 
yaitu menunda modifikasi atau customization produk selama mungkin dalam proses produksi. 

f. Channel Assembly, 
yaitu menunda perakitan akhir suatu produk sehingga jalur distribusi dapat dipasang. 

g.  Drop Shipping and Special Packaging,  
Drop Shipping berarti pengiriman langsung dari supplier ke konsumen akhir berarti hemat waktu dan biaya pengiriman kembali. Selain itu biasanya disertai pengemasan yang khusus sesuai kebutuhan konsumen. 

h. Blanket Order, 
merupakan komitmen pembelian jangka panjang kepada supplier untuk item yang dapat dikirim dalam jangka pendek, artinya ordernya kosong, diisi sesuai kebutuhan saja. 

i. Standardization, 
yaitu pengurangan jumlah variasi material dan komponen sebagai bantuan mengurangi biaya. 

j.  EDI (Electronic Data Interchange) 
merupakan standardisasi format transmisi data untuk komunikasi komputerisasi diantara organisasi. Perluasan EDI adalah ASN (Advanced Shipping Notice) yang mana notis pengiriman dikirim secara langsung dari vendor ke pembeli. 

k. Pemilihan Vendor 
Suatu perusahaan mungkin memiliki kemampuan di semua bidang manajemen, walaupun demikian fungsi operasi memerlukan adanya hubungan dengan vendor yang sempurna. Agar hubungan tersebut efektif maka perlu dilakukan tiga proses yaitu: 
1.  Evaluasi Penjual 
Tahap ini mencakup kegiatan pencarian penjual potensial dan penentuan kemungkinan penjual tersebut menjadi pemasok yang baik. Penilaian dilakukan dengan mempertimbangkan berbagai variabel atau factor yang dipertimbangakan untuk memilih penjual, yang mana tiap variabel diberi bobot tergantung pada kebutuhan organisasi. Kemudian menentukan beberapa alternative untuk diberi penilaian , setelah dianalisa maka bisa menentukan mana yang dipilih. 
 
2.  Pengembangan Penjual 
Apabila perusahaan sudah memastikan akan menggunakan jasa penjual tertentu, maka cara agar pemasok dapat diintegrasikan ke dalam system yang berlaku adalah dengan memastikan bahwa penjual menghargai kebutuhan akan mutu, dan kebijakan perolehan bahan baku. Pengembangan dimulai dari pelatihan sampai membantu rekayasa dan produksi juga format transfer informasi elektronik.  
 
3.   Negosiasi 
Strategi Negosiasi terdiri dari tiga jenis yaitu: 1) Model harga berdasarkan biaya (Cost Based price model), yang mengharuskan  pemasok terbuka kepada pembeli. 2) Model berdasarkan harga pasar (market Based price model), harga didasarkan pada publikasi atau indeks. 3) Perebutan tender (competitive bidding),terjadi pada kasus dimana pemasok tidak bersedia membahas biaya dan tidak ada pasar yang mendekati sempurna. 
 
4. Internet Purchasing 
Kadang-kadang disebut sebagai e-procurement yaitu order dilakukan melalui komunikasi atau menyetujui catalog vendor yang didapat melalui internet untuk digunakan oleh karyawan dari perusahaan di bagian pembelian. 

l. Pembelian - Purchasing
Strategi pembelian yang efektif merupakan hal yang strategis dalam konsep Supply Chain Management, bagaimanapun pembelian memberikan peluang besar pengurangan biaya dan peningkatan marjin kontribusi, karena porsi terbesar dari pendapatan digunakan untuk melakukan pembelian. Kebutuhan akan strategi pembelian dan penerapan strategi itu mengarah pada pembentukan fungsi pembelian. 
 
1. Tujuan Fungsi Pembelian
Pembelian berarti perolehan barang dan jasa, tujuan kegiatan pembelian adalah: 
Membantu mengidentifisikasi produk barang dan jasa yang dapat  diperoleh   secara eksternal.
Mengembangkan, mengevaluasi dan menentukan supplier, harga dan pengiriman yang terbaik bagi produk barang dan jasa tersebut. 
 2. Fokus Pembelian
Pembelian terjadi di lingkungan operasi produk barang maupun jasa.  
Dalam lingkungan operasi produk barang,
Fungsi pembelian biasanya dikelola oleh agen pembelian yang secara formal memegang wewenagn untuk melaksanakan kontrak atas nama perusahaan. Di perusahaan besar, agen pembelian ini dapat juga merupakan staf yang juga pembeli dan ekspenditur. Pembeli mewakili perusahaan yang bersangkutan, menjalankan semua kegiatan departemen pembelian kecuali penanda tanganan kontrak. Ekspenditur membantu pembeli dalam menindaklanjuti pembelian agar dapat dipastikan bahwa pengiriman tepat waktu.  Di perusahaan manufaktur,  Fungsi pembelian didukung engineering drawing dan spesifikasi dari produk- produk yang dibuat, dokumen-dokumen pengendalian mutu, dan kegiatan-kegiatan pengujian yang    mengevaluasi ietm yang dibeli. 
Dalam lingkungan jasa,
Peranan pembelian agak tidak begitu penting karena produk utamanya merupakan produk intelektual, contoh yang dapat dikemukakan misalnya di organisasi hukum maupun kesehatan, item utama yang diperoleh adalah fasilitas kantor, perabotan dan peralatan, mobil serta perlengkapan. 

        Pada waktu perusahaan sudah masuk dalam pasar global, maka perluasan rantai pasokan yang dimiliki menjadi suatu tantangan strategis. Agar supaya rencana strategi tentang manajemen rantai pasokan menjadi sukses, maka beberapa karakteristik kapabilitas yang harus dimiliki antara lain: 1) Fleksibel dalam arti cukup reaktif terhadap perubahan yang ada baik dari ketrersediaan komponen, distribusi, jalur pengiriman, aturan impor dan nilai tukar. 2) Dapat menggunakan teknologi mutahir untuk menjadwal dan mengelola pengiriman komponen dan produk akhir.  3) Menetapkan staff yang mempunyai keahlian secara local mengenai cara menyikapi peraturan, perdagangan, pengangkutan, penanganan konsumen dan  isu politik. (Hendra Poerwanto G)


Contoh Soal dan Jawaban UAS dan UTS Analisis Rantai Pasok :
1. Sebutkan pengertian rantai pasok menurut Russel dan Taylor
A. Suatu koordinasi strategis dari rantai pasokan dengan tujuan untuk mengintegrasikian manajemen penawaran dan permintaan.
B. Mengelola arus informasi, produk dan pelayanan di seluruh jaringan baik itu pelanggan , perusahaan hingga pemasok
C. Sistem untuk menerapkan pendekatan secara total untuk mengelola seluruh aliran informasi, bahan, dan jasa dari bahan baku melalui pabrik dan gudang ke konsumen akhir.
D. Semua kegiatan yang terkait dengan aliran material, informasi dan uang di sepanjang supply chain.

2. Suatu sistem tempat organisasi menyalurkan barang produksi dan jasanya kepada para pelanggan dinamakan :
A. Manajemen logistic
B. Manajemen rantai pasok
C. Manajemen operasi
D. Manajemen informasi sistem

3. Sebutkan masalah-masalah utama yang dalam rantai pasokan, kecuali 
A. Meningkatkan produktifitas pekerja.
B. Mengelola pembelian / pengadaan suatu barang
C. Mengelola pemasok
D. Mengelola hubungan terhadap pelanggan

4. Cakupan supply chain management meliputi, kecuali
A. Pengembangan produk
B. Pengadaan
C. Pemberian gaji karyawan
D. Pengiriman/distribusi

5. Dalam manajemen rantai pasok terdapat area cakupan dalam berbagai bidang, Berikut merupakan area cakupan dalam manajemen rantai pasok ..(Kecuali)
A. Bagian pengembangan sumber daya manusia 
B. Bagian pengembangan produk
C. Bagian pengadaan bahan baku
D. Bagian perencanaan produksi dan persediaan 

6. Pada cakupan bagian pengadaan bahan baku kegiatan apa yang bukan menjadi cakupan manajemen rantai pasok
A. Memilih supplier
B. Melakukan riset pasar
C. Mengevaluasi kinerja pabrik
D. Memonitor supply risk

7. Mana yang merupakan tantangan dalam mengelola rantai pasok
A. Biaya mahal dan kompleksitas struktur
B. Ketidakpastian dan waktu ancang
C. Waktu ancang dan permintaan yang tinggi
D. Kompleksitas struktur dan ketidakpastian

8. Berikut ini mana yang merupakan ketidakpastian yang dialami perusahaan dalam mengelola rantai pasok
A. Ketidakpastian permintaan 
B. Ketidakpastian internal 
C. Ketidakpastian pasokan
D. Semua benar

9. Dibawah ini mana yang merupakan tujuan utama darai analisis rantai pasok
A. Pengendalian biaya biaya dalam perusahaan
B. Meningkatkan kualitas produk
C. Meningkatkan penjualan perusahaan dalam waktu yang direncanakan
D. Menyelaraskan permintaan dan penawaran seefektif dan seefisien mungkin

10. Salah satu peran teknologi dalam manajemen rantai pasok yaitu
A. Menambah biaya yang harus dikeluarkan perusahaan 
B. Menambahn resiko kerugian 
C. Mempersulit penjualan akibat bertambahnya saingan baru
D. Mempermudah dan mempercepat komunikasi

11. Salah satu pemain utama dalam rantai pasok adalah :
A. Customer
B. Engineering
C. Marketing
D. Planning

12. Dalam struktur sederhana rantai pasok, para pemain utama rantai pasok ada yang berposisi di hulu dan di hilir. Aliran apa yang terjadi dari posisi hulu ke hilir
A. Aliran informasi
B. Aliran pembayaran
C. Aliran fisik
D. Aliran biaya

13. Mengacu pada soal no. 12 aliran apa yang terjadi dari posisi hilir ke hulu 
A. Aliran fisik
B. Aliran biaya
C. Aliran informasi
D. Aliran pembayaran

14. Yang tidak termasuk alasan diterapkannya manajemen rantai pasok adalah 
A. Situasi bangsa Indonesia sebagai Negara kepulauan
B. Kemajuan teknologi informasi
C. Biaya murah dalam memproduksi produk
D. Perubahan paradigm persaingan

15. Yang tidak termasuk dalam prinsip dasar manajemen rantai pasok 
A. Pronsip win – win solution 
B. Prinsip integrasi 
C. Prinsip jejaring
D. Prinsip ujung ke ujung

16. Perbedaan antara rantai pasok dan manajemen rantai pasok adalah , kecuali
A. Rantai pasok lebih kepada jaringa fisiknya
B. Manajemen rantai pasok menjabarkan rangkaian transportasi
C. Manajemen rantai pasok berorientasi pada internal dan eksternal
D. Manajemen rantai pasok dalam pengolahannya terintegrasi dan kolaborasi

17. Bagian permasalahn perencanaan rantai suplai adalah :
A. Supplier, produsen, distributor & konsumen
B. Tingkat layanan pelanggan, fasilitas lokasi, keputusan persediaan & keputusan transportasi
C. Logistik, distribusi, produksi & pemasaran
D. Aliran produksi, Aliran informasi, jumlah persediaan & keputusan strategi pasar

18. Sebutkan yang bukan merupakan strategi rantai pasok
A. Few supplier
B. Kiseju network
C. Vertical integration
D. Keiretsu network

19. Yang bukan tujuan strategi logistic adalah :
A. Mengurangi biaya
B. Mengurangi investasi
C. Meningkatkan layanan pelanggan
D. Meningkatkan kerjasama dengan pemasok

20. Pengambilan keputusan strategic, taktikal dan operasional dari bidang keputusan persediaan adalah 
A. Strategik (Lokasi,kebijakan pengendalian) ; Taktikal (tingkat persediaan pengaman) dan Operasional (Pengisian pesanan).
B. Strategi (Jadwal produksi) : Taktikal (jadwal pemesanan ) dan operasional (pembelian barang)
C. Strategik (Jumlah, ukuran dan lokasi gudang); Taktikal (Jadwal pengiriman) dan opeerasional (jadwal produksi)
D. Strategik (Peramalan permintaan konsumen); (Taktikal ( Tingkat toleransi kerusakan ) dan operasional ( Jadwal produksi)

21. Jelaskan cakupan kegiatan operasi 
A. Eksekusi produksi , pengendalian kualitas
B. Melakukan riset pasar, merancang produk baru, melibatkan supplier dalan perancangan produk baru
C. Memilih supplier, mengevaluasi kinerja supplier, melakukan pembelian bahan baku dan komponen
D. Perencanaan jaringan distribusi, penjadwalan pengiriman, mencari dan memelihara hubungan dengan perusahaan

22. Tujuan prinsip manajemen rantai suplai adalah 
A. Buat jaringan logistic
B. Standarisasi produk
C. Pembedaan produk mendekati kebutuhan pelanggan
D. Adopsi pengukuran saluran – rentang performa

23. Apabila mengacu pada sebuah perusahaan manufaktur, kegiatan utama yang masuk dalam klarifikasi manajemen rantai pasok ;
A. Maintenance
B. Product development
C. Promotion
D. Re- engineering

24. Konsep lean manufacturing lebih mementingkan pada
A. Fleksibilitas
B. Efisien
C. Durability
D. Semua salah

25. Apa yang menjadi tantangan kompleksitas struktur rantai pasok dalam mengelola manajemen rantai pasok 
A. Supplier vs manufacturing
B. Purchasing vs production 
C. Cost vs quality
D. Efficiency vs durability

26. Dalam mengelola manajemen rantai pasok, tantangan yang akan dihadapi adalah ketidakpastian. Dalam hal ini yang dimaksud dengan tantangan ketidakpastian adalah, kecuali :
A. Ketidakpastian internal
B. Ketidakpastian kebijakan
C. Ketidakpastian dari supplier
D. Ketidakpastian pembeli

27. Kumpulan berbagai keputusan dari aksi yang dilakukan oleh suatu organisasi secara bersama sama dinamakan :
A. Strategi rantai pasok
B. Strategi operasi 
C. Strategi optimasi
D. Strategi pemasaran

28. Marshal fisher (1997) , kategori produk dibagi menjadi produk fungsional dan produk inovatif. Produk fungsional adalah :
A. Variasinya banyak
B. Siklus produk pendek
C. Siklus produk panjang 
D. Semua salah 

29. Permasalahan utama yang dihadapi dalam organisasi rantai pasok adalah :
A. Rantai pasok adalah proses linier
B. Organisasi menjadi terintegrisasi
C. Terjadinya pengotakan berdasarkan fungsi 
D. Rantai pasok adalah proses sirkular

30. Untuk produk inovatif, strategi rantai pasok apa yang semestinya digunakan :
A. Meminimumkan ongkos fisik disepanjang rantai pasok 
B. Responsive
C. Pendekatan efesiensi
D. Semua salah

31. Dalam merancang jaringan rantai psaok, akan dikenal istilah responsive dan efisien, yang dimaksud dengan istilah responsive adalah :
A. Jaringan yang tidak berhubungan dengan lokasi pemasaran 
B. Relative tersentralisasi dengan fasilitas yang lebih sedikit
C. Jaringan yang tidak terintegrasi dengan fasilitas produksi 
D. Jaringan ditunjang fasilitas produksi dan gudang yang banyak dibeberapa lokasi

32. Yang menjadi trade off dalam merancang jaringan rantai pasok adalah 
A. Kompetisi harga
B. Karakteristik produk
C. Model distribusinya dan efektifitas strategi yang ditentukan perusahaan 
D. Semua benar

33. Dalam manajemen transportasi, dikenal istilah shipper dan currier. Apakah perbedaan diantara keduanya :
A. Shipper adalah pihak yang mengirim baarang
B. Carrier adalah pihak yang memiliki barang
C. Shipper adalah pihak yang memiliki barang
D. Semua salah

34. Salah satu metode yang dapat digunakan untuk menentukan rute dan jadwal pengiriman adalah saving matrix. Apakah konsep berpikir dari saving matrix
A. Focus terhadap penghematan jarak tempuh
B. Focus terhadap biaya pengiriman
C. Focus terhadap waktu pengiriman
D. Semua salah

35. Langkah pertama yang harus dilakukan pada metode saving matrix adalah :
A. Menentukan biaya terlebih dahulu 
B. Mengidentifikasi tujuan kendaraan
C. Mengidentifikasi penghematan jarak
D. Mengidentifikasi matrik jarak

36. Elemen layanan pelanggan yang paling penting, kecuali :
A. Penyerahan tepat waktu
B. Kondisi produk
C. Dokumen yang akurat 
D. Moda transportasi

37. Beberapa indicator yang dapat dijadikan pengukuran unjuk kerja layanan , kecuali :
A. Jumlah stockouts
B. Jumlah pesanan
C. Persen dari penyerahan tepat waktu
D. Jumlah dari pesanan yang tidak akurat

38. Produk yang ditujukan untuk memewahkan pelanggan merupakan penjelasan dari :
A. Produk kenyamanan
B. Produk pelanggan
C. Produk belanja
D. Produk industry

39. Semua barang dan jasa yang sering dibeli pelanggan, segera, dan berbelanja dengan sedikit saja membandingkan, adalah :
A. Produk kenyamanan
B. Produk belanja 
C. Produk pelanggan
D. Produk industry

40. Semua produk yang ingin dicari dan dibandingkan oleh pelanggan : berbelanja di banyak tempat : membandingkan harga, kualitas, dan prestasinya 
A. Produk kenyamanan
B. Produk belanja
C. Produk pelanggan
D. Produk industri

41. Dibawah ini yang bukan atribut-atribut dari karakteristik produk adalah :
A. Rasio dimensi
B. Rasio berat-volume
C. Value-weight ratio
D. Karakteristik resiko

42. Pengukuran kinerja supply chain adalah
A. Suatu siklus yang terdiri dari identifikasi masalah, memahami akar penyebab masalah, merespon dengan tindakan yang korektif, dan secara kontinyu memvalidasi data, proses, dan tindakan
B. Suatu siklus yang terdiri dari perencanaan, pengerjaan, pengendalian, evaluasi hasil dan perbaikan secara teru menerus
C. Suatu ukuran yang dilakukan untuk menentukan peringkat rantai supply yang masih di proses merencanakan, menerapkan, dan mengendalikan aliran
D. Suatu ukuran yang bisa diverifikasi, diwujudkan dalam bentuk kuantitatif ataupun kualitatif dan didefinisikan terhadap suatu titik acuan tertentu

43. Fungsi pengukuran kinerja supply chain, kecuali :
A. Melakukan perencanaan dan perbaikan
B. Mengkomunikasikan tujuan organisasi ke fungsi fungsi pada SC
C. Mengetahui dimana posisi suatu organisasi relative terhadap pesaing maupun tujuan yang hendak dicapai
D. Menentukan arah perbaikan untuk menciptakan keunggulan dalam bersaing

44. Pada model SCOR ada tiga elemen yang diintegrasikan, salah satu elemen tersebut adalah, kecuali :
A. Business process re – engineering 
B. Manajemen logistik
C. Benchmarking
D. Process measurement

45. Salah satu proses kunci model SCOR dalam rantai pasok, kecuali :
A. Do
B. Check
C. Make
D. Control

46. Proses pengadaan barang maupun jasa untuk memenuhi permintaan, penjelasan, dari proses kunci SCOR
A. SOURCE
B. PLAN
C. DELIVER
D. RETURN

47. Proses utama PLAN pada model SCOR adalah
A. Proses pengadaan barang maupun jasa untuk memenuhi permintaan 
B. Proses yang menyeimbangkan permintaan dan pasokan untuk menentukan tindakan terbaik dalam memenuhi kebutuhan pengadaan, produksi dan pengiriman
C. Proses untuk mentransformasi bahan baku / komponen menjadi produk yang diinginkan pelanggan
D. Proses pengembalian atau menerima pengembalian produk karena berbagai alasan

48. Urutan tiga level pada model SCOR yang benar adalah
A. Level 1, identifikasi individual matrik
Level 2, pengumpulan matrik set
Level 3, mendefinisikan lima proses inti
B. Level 1, mendefinisikan lima proses inti
Level 2, configuration level “as is” & “to be”
Level 3, process element level
C. Level 1, mendefinisikan lima proses inti
Level 2, dinamakan process element level
Level 3, configuration level “as is” & “to be”
D. Level 1, dinamakan process element level
Level 2, mendefinisikan lima proses inti
Level 3, configuration level “as is” & “to be”

49. SCOR menggunakan beberapa dimensi umum yaitu
A. Reliability, responsiveness, flexibility, quality, dan asset
B. Reliability, responsiveness, flexibility, cost, dan asset
C. Reliability, productivity, flexibility, cost, dan asset
D. Reliability, productivity, flexibility, quality, dan asset

50. Yang termasuk ke dalam triangle of supply decision making adalah:
A. Marketing strategy
B. Maintenance strategy
C. Inventory Strategy
D. Planning strategy

51. Bagian dari rantai suplai yang meliputi proses merencanakan, menerapka dan mengendalikan aliran dan penyimpajnan barangyang efisien, jasa dan informasi yang berhubungan dengan titik asal menuju titik konsumsi dengan tujuan untuk memuaskan permintaan pelanggan merupakan definisi dari :
A. Rantai suplai
B. Manajemen rantai suplai
C. Logistik
D. Manajemen logistik

52. Perpaduan semua aktivitas yang berhubungan dengan arus dan informasi suatu barang dari bahan mentah sampai ke pemakai, termasuk juga arus informasi, melalui hubungan rantai supply yang lebih baik untuk mencapai keuntungan yang kompetitif, merupakan definisi dari :
A. Rantai suplai
B. Manajemen rantai suplai
C. Logistik
D. Manajemen logistik

53. Aktivitas value chain yang membantu aktivitas utama, yaitu :
A. Primary activities
B. Seconary activities
C. Support activities
D. Value activities

54. Aktivitas value chain yang menyumbang dalam hal penciptaan fisik barang hasil produksi, penjualan, da pendistribusiannya kepada pembeli yaitu :
A. Value activities
B. Support activities
C. Seconary activities
D. Primary activities

55. Model SCOR dikelompokan menjadi :
A. Customer-facing & Internal-facing
B. Internal-facing & Eksternal-facing
C. Produsen-facing & Customer-facing
D. Produsen-facing & Eksternal-facing

56. Nilai penjualan selama 25 hari adalah Rp. 300 juta, account receivable pada akhir bulan Rp. 30 juta. Nilai persediaan akhir bulan Rp. 80 juta, cost of sales besarnya 40% dari nilai penjualan, account payable di akhir bulan Rp. 25 juta.
A. 17,78 hari
B. 15,82 hari
C. 18,50 hari
D. 20,65 hari

57. Model acuan dari operaasi supply chain  yang mengintegrasikan tiga elemen utama dalam manajemen, kecuali :
A. Bussiness process reengineering
B. Benchmarking
C. Operations reference
D. Process measurement

58. Membandingkan proses maupun kinerja suatu prganisasi relatif terhadap proses maupun kinerja perusahaan referensi (best in class), merupakan penjelasan dari :
A. Bussiness process reengineering
B. Benchmarking
C. Operations reference
D. Process measurement

59. Berikut beberapa hal yang menjadi pertimbangan dalam hal memilih pemasok adalah, kecuali 
A. Pertimbangan sosial politik, kualitas, green purchasing
B. Pertimbangan ekonomis, pertimbangan teknik, sumber pembiayaan
C. Pertimbangan ekonomis, peraturan pemerintah, pertimbangan sosial politik
D. pertimbangan teknis, sumber pembiayaan, peraturan pemerintah
       E. Semua jawaban benar

60. Berikut beberapa hal yang menjadi kriteria pemilihan pemasok :
A. Safety, koordinasi, green purchasing
B. Persyaratan pembayaran, cara pengirima, pajak dan nilai tukar
C. Kelangsungan hidup, safety, fleksibilitas
D. Kualitas, safety, jumlah pengiriman

61. Beberaapa metode dapat digunakan untuk pemilihan pemasok diantaranya adalah
A. Tender, dunn ranking, servqual
B. AHP, balance score card, servqual
C. Delphi, dunn ranking, balance score card
D. Delphi, AHP, dunn ranking

62. titik temu sampai dimana suatu kegiatan bisa dilakukan atas dasar ramala (tanpa harus menunggu permintaan dari pelanggan) dan dari mana kegiatan harus di tunggu sampai data permintaan yang pasti, merupakan pengertian dari :
A. Make to stock
B. Make to order
C. Engineering to order
D. Decoupling point

63. Sistem dimana kegiatan fabrikasi tidak bisa di krjakan tanpa menunggu pesanan dari pelanggan merupakan pengertian dari :
A. Make to stock
B. Assambly to order
C. Make to order
D. Engineering to order

64. Pengembangan kemampuan memproduksi barang atau jasa yang sebelumnya dibeli, atau denganbenar-benar membeli pemasok atau distributor, merupakan pengertian dari :
A. Vertical integration
B. Kiseji network
C. Few supplier
D. Keiretsu network

65. Memilih supplie, mengevaluasi kinerja supplier, melakukan pembelian bahan baku dan komponen, memonitor supply risk, membina dan memelihara hubungan dengan  supplier merupakan area cakupan kegiatan SCM. Yang termasuk dalam kegiatan :
A. Pengembangan produk
B. Pengadaan
C. Perencanaan dan pengendalian
D. Distribusi

66. Inisiatif supply chain dimana vendor menentukan level inventori yang optimal dari setiap produk dankebijakan inventori untuk menjaga level optimal disebut :
A. Inventory Turnover Rate
B. Vendor Managed Inventory
C. Inventory Days Of Supply
D. Order Replenishment

67. Berikut ini definisi permintaan yang benar adalah :
A. Jumlah barang atau jasa yang tidaj ingin dan tidak mampu di beli oleh konsumen
B. Sebagian barang atau jasa yang ingin dan mampu dibeli oleh penjual
C. Beberapa barang atau jasa yang ingin dan mampu dibeli oleh penjual
D. Jumlah barang atau jasa yang ingin dan mampu dibeli oleh konsumen

Sumber:

Comments

Popular posts from this blog

KEWIRAUSAHAAN PART 7

KEWIRAUSAHAAN PART 6